Senin

SNMPTN ANTARA MINAT, BAKAT, DAN JURUSAN FAVORIT



BUTUH GURU LES PRIVAT UNTUK ANAK ANDA?

Setiap tahun momentum SNMPTN adalah momen penting demi terbukanya salah satu pintu harapan untuk mengejar cita-cita dan masa depan. Bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, momentum ini seolah sudah menjadi bagian krusial di dalam “karir” pendidikan mereka sekaligus kerap dijadikan sebagai momen “pembuktian”. Seperti kita ketahui, untuk bisa menjadi yang terpilih dan lolos seleksi masuk ke Perguruan Tinggi Negeri saja sudah merupakan sebuah prestasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan perbandingan jumlah kursi yang disediakan oleh pemerintah di bangku Perguruan Tinggi Negeri dan jumlah peminat yang mendaftar sudah dapat kita lihat dengan jelas bahwa yang terpilih nantinya adalah benar-benar siswa unggulan, baik dalam hal prestasi maupun dari segi kemampuan lainnya.

Namun begitu, di dalam kesempatan “emas” ini ternyata masih kerap juga terjadi yang jika tidak mau disebut sebagai satu kesalahan, anggap saja sebagai “kecerobohan”. Untuk lebih jelasnya tentang apa yang dimaksud, kita ambil satu contoh, ada salah seorang siswa yang berhasil lolos terpilih untuk duduk di salah satu PTN, namun belakangan setelah siswa tersebut menjadi mahasiswa, justru ia baru menyadari bahwa pilihan jurusan yang dimasukinya ternyata tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, tidak sesuai dengan minatnya, bakatnya dan akhirnya menyalahkan keputusannya dalam memilih jurusan. Hal ini sudah pasti akan membawa pengaruh yang besar terhadap motivasi mahasiswa tersebut dalam mengikuti masa perkuliahan selanjutnya. Motivasi yang seharusnya terbangun untuk giat dan tekun belajar, belakangan justru memudar, lalu muncul gejala-gejala disconcentration, yang ujung-ujungnya sudah pasti akan sangat berbahaya terhadap kelangsungan pendidikan mahasiswa tersebut.

Banyak kasus-kasus seperti ini terjadi, dan tidak jarang berakhir dengan kegagalan mahasiswa tersebut dalam menyelesaikan kuliah, atau mungkin kuliah tetap berjalan namun tanpa hasil yang maksimal. Banyak kerugian yang dihasilkan di sini, terutama waktu dan biaya yang terbuang. Meskipun memang, bukan berarti kita dapat memukul rata bahwa semua yang mengalami “kasus” semacam ini akan selalu berakhir dengan kegagalan, karena banyak juga di antara mereka yang justru dapat melewati tahapan ini dan lalu berhasil membuktikan kesuksesannya di bidang lain yang sesuai bakat dan minatnya.

Dari fenomena yang terjadi, ada baiknya kita mengetahui terlebih dulu pangkal dari permasalahan ini. Ketika momentum SNMPTN berlangsung, setiap siswa sudah pasti akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi salah satu yang terpilih. Terdapat beberapa kecenderungan di dalam tahapan ini, terutama tahapan ketika memutuskan jurusan mana yang akan diambil.

Kecenderungan pertama, siswa memilih jurusan hanya berdasarkan favoritisme yang sudah terlanjur identik dengan salah satu jurusan, misalnya karena jurusan tersebut merupakan jurusan popular, banyak peminatnya dan dianggap bergengsi. Lalu tanpa berfikir panjang, siswa tersebut langsung menetapkan jurusan tersebut sebagai pilihan. Tanpa mempertimbangkan minat, bakatnya sendiri dan lebih ceroboh lagi jika ia juga tidak menakar lebih dulu kemampuannya sendiri.

Kecenderungan kedua adalah, siswa memutuskan memilih sebuah jurusan berdasarkan minat dan bakat yang memang dimilikinya dan disertai pula oleh motivasi yang kuat dengan keyakinan bahwa jurusan tersebut adalah jurusan yang tepat bagi dirinya demi meraih cita-citanya, meski jurusan yang dipilihnya tersebut mungkin bukanlah jurusan favorit.

Dan kecenderungan yang terakhir adalah seorang memilih jurusan yang sebenarnya sama sekali bukan minatnya dan juga bukan termasuk jurusan favorit, namun semata hanya demi pertimbangan agar bisa lolos SNMPTN dan bisa kuliah di PTN. Sebagai contoh misalnya, seorang siswa sebenarnya punya minat agar kuliah di jurusan Hubungan Internasional yang bergengsi tinggi, namun karena tidak percaya diri untuk bisa lolos seleksi dan diterima di jurusan tersebut, siswa tersebut lalu “banting stir” memilih jurusan Sastra Daerah, yang jumlah peminatnya sedikit. Alasannya, yang penting asal bisa lolos SNMPTN dan bisa kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Setidaknya dengan kuliah di PTN maka gengsi dirinya di mata lingkungan akan naik, baik itu di lingkungan teman-temannya maupun di lingkungan keluarga. Hal ini sudah tentu dapat dikatakan sebagai suatu sikap yang ceroboh, karena tujuan utama kuliah adalah untuk membekali diri dengan ilmu-ilmu yang harus dipelajari sesuai minat dan bakatnya masing-masing, dan bukan oleh egoisme gengsi semata.

Berangkat dari ketiga kecenderungan di atas, alangkah baiknya kita benar-benar teliti dalam mempertimbangkan dan menetapkan pilihan jurusan apa yang hendak kita masuki. Karena salah atau benarnya langkah kita di awal maka akan banyak memberikan pengaruh di langkah-langkah kita selanjutnya. Amat disayangkan jika waktu dan biaya yang kita miliki hanya menjadi terbuang percuma tanpa menghasilkan sesuatu yang maksimal dan berguna bagi masa depan kita.