JIKA ANDA MENCARI GURU PRIVAT, SILAHKAN KLIK LES PRIVAT
Dalam penjelasannya, Fold Gold mengungkapkan bahwa komputer dapat menimbulkan bahaya kesehatan yang serius bagi anak-anak, termasuk di antaranya adalah resiko kelelahan pada mata, obesitas, isolasi sosial, dan untuk jangka panjang hal tersebut dapat berakibat pula pada terjadinya gangguan pada tingkat emosional dan intelektual. Hal tersebut sudah pasti akan menjadi salah satu bentuk gangguan tersendiri pada anak-anak yang mana pada saat bersamaan mereka justru sedang berada pada tahap perkembangan menuju dewasa. Yang intinya adalah proses pertumbuhan anak-anak menuju tahap dewasa tidak dapat lebih baik hanya dengan menatap layar komputer ketimbang mereka melaluinya dengan proses yang normal. Kebutuhan mereka untuk berinteraksi pada lingkungan sudah tentu menjadi suatu hal yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Komunikasi dapat diartikan sebagai penerapan praktis sebagai sesuatu yang sudah diolah dan siap dipakai oleh para pelaksana dan penerima, namun tentu saja tetap pada tingkatan dan tanggung jawab yang berbeda. Misal komputer, TV atau radio.
Komunikasi juga harus bersifat efisien dan efektif yang mana artinya, di dalam pengaplikasian prinsip dan penemuan tidak semata-mata hanya merupakan komponen tambahan melainkan juga harus mempunyai peranan khusus dan menentukan terhadap terjadinya perubahan peranan pada komponen-komponen yang lain.
Komunikasi juga memegang peranan sangat penting di dalam pendidikan. Dimana di dalam prosesnya, baik yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, komunikasi akan sangat memainkan peran vital terhadap berlangsungnya proses kurikulum, perencanaan pengajaran dan interaksi dalam belajar agar proses penerimaan dan penyampaian antara guru dan murid agar dapat berlangsung sesuai tujuan. Komunikasi yang demikian dapat dilihat dalam model komunikasi yang dikemukakan Berlo. Teori komunikasi yang dikemukakan oleh Berlo tidak merupakan teori yang linear bahkan menunjukkan adanya dinamika dalam hubungan di antara unsur-unsurnya yaitu memasukkan orang dan segala bentuk pesan, baik itu berbentuk lambang, verbal, taktil, ataupun dalam bentuk wujud nyata yang mana kesemuanya merupakan bagian dari keseluruhan proses komunikasi layaknya sebuah sistem.
Komunikasi di dalam pendidikan juga dapat berfungsi sebagai informasi, persuatif, rekreatif, dan educatif. Suatu komunikasi berfungsi educatif jika merupakan usaha sadar yang disiapkan secara terencana, terkendali dan terevaluasi oleh orang dewasa dalam membantu mengubah perilaku individu demi menuju tercapainya kematangan, kemandirian dan kedewasaan komunikan.
Teknologi
dalam pendidikan itu sendiri didefinisikan sebagai suatu cara yang sistematis
dalam hal merancang, menerapkan, dan mengevaluasi seluruh proses kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang spesifik, berdasarkan penelitian
terhadap pembelajaran dan komunikasi antar manusia, serta mendayagunakan kombinasi
sumber daya manusia dan non-manusia untuk lebih mengefektifkannya.
Di
dalam penelitian dan aplikasi terhadap ilmu perilaku dan teori pembelajaran,
serta penggunaan pendekatan sistem untuk menganalisis, mendesain,
mengembangkan, menerapkan, mengevaluasi, dan mengatur penggunaan teknologi guna
membantu menyelesaikan masalah pembelajaran. Dalam hal ini istilah teknologi
instruksional seringkali bertukar tempat dengan istilah teknologi pendidikan,
namun teknologi instruksional lebih menekankan pada pendekatan ilmiah dan
sistematis terhadap penyelesaian masalah instruksional, dan teknologi
pendidikan fokus kepada penggunaan dan pendayagunaan seni dan teknologi untuk
mendukung pembelajaran.
Di dalam kajian dan praktiknya guna membantu proses belajar
dan meningkatkan kinerja ditempuh dengan cara membuat, menggunakan, dan
mengelola proses serta sumber teknologi yang memadai. Maka dari itu kerap kali
istilah teknologi pendidikan pun sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran.
Namun apabila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam
belajar dan pembelajaran, maka teknologi pendidikan itu mencakup sistem-sistem
lain yang kerap lebih digunakan sebagai bagian dalam proses mengembangkan
kemampuan manusianya.
Di dalam dunia pendidikan retorika mengenai pentingnya
teknologi pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar muncul hampir setiap hari.
Hal demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah sebuah industri yang
paling besar di dunia, karena di dalam prosesnya, pendidikan itu sendiri
melingkupi berbagai aktivitas-aktivitas pendistribusian produk-produk dan jasa
teknologi. Di sinilah kemudian akan banyak melibatkan para ilmuwan serta pakar
teknologi untuk dapat melihat serta melakukan pertimbangan-pertimbangan di
lapangan terkait siap atau tidaknya situasi dan kondisi di lapangan untuk
menerima serta memanfaatkan teknologi beserta akses yang akan diberikan. Selain
itu, menjadi tugas para ilmuwan pula untuk memprediksi apa saja dampak yang
akan dihasilkan oleh teknologi tersebut setelah diterapkan di lapangan. Sebagai
contoh misalnya, ketika diumumkan bahwa ada sebuah teknologi tertentu yang
dapat dijadikan sebagai salah satu solusi di dalam proses pendidikan, namun
ternyata kondisi di lapangan justru masih dihadapkan pada permasalahan yang
sebenarnya jauh lebih sederhana ketimbang kebutuhan akan teknologi tersebut,
misalnya fasilitas gedung sekolah yang ternyata belum memadai atau mungkin
masih adanya permasalahan genting bocor yang mana ketika hujan turun akan
terasa sangat mengganggu proses belajar mengajar. Lalu dengan kondisi di
lapangan yang demikian akan seberapa jauhkah dampak positif yang didapatkan
dari teknologi baru yang diumumkan tadi, padahal permasalahan sesederhana
genting bocor saja belum terselesaikan.
Di
dalam sebuah editorial tentang “Educational Technology”
disebutkan masih terdapat banyaknya keraguan-keraguan akan seberapa jauhkah
manfaat dari masuknya teknologi-teknologi baru di dalam upaya membantu proses
pendidikan, di antaranya disebutkan: "Those who place their faith in
technology to solve the problems of education should look more deeply into the
needs of children. The renewal of education requires personal attention to students
from good teachers and active parents, strongly supported by their communities.
It requires commitment to developmentally appropriate education and attention
to the full range of children's real low-tech needs - physical, emotional, and
social, as well as cognitive."
Di dalam editorial tersebut dikatakan bahwa bagi
mereka yang hendak menerapkan teknologi pendidikan sebaiknya harus lebih dulu
mengedepankan kebutuhan anak-anak karena di dalam prakteknya, kebutuhan siswa
justru lebih kepada bentuk perhatian yang sifatnya personal atau lebih pribadi
dari para guru maupun dari para orang tua. Jelas disini bahwa kebutuhan untuk
memajukan pendidikan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari peran dan sikap
aktif para guru dan orang tua ketimbang terlalu mengandalkan teknologi semata.
Pada
bagian lain, dalam sebuah editorial Fool’s Gold diingatkan bahwa hal yang tidak
kalah untuk dijadikan perhatian adalah tentang bahaya yang terdapat dibalik
kecanggihan teknologi komputer dewasa ini yang memang harus diakui sudah
sedemikian mendominasi aktivitas berbagai aspek kehidupan. Di dalam editorial
tersebut dikatakan, "Computers pose serious health
hazards to children. The risks include repetitive stress injuries, eyestrain,
obesity, social isolation, and, for some, long-term physical, emotional, or
intellectual developmental damage. Our children, the Surgeon General warns, are
the most sedentary generation ever. Will they thrive spending even more time
staring at screens?"
Dalam penjelasannya, Fold Gold mengungkapkan bahwa komputer dapat menimbulkan bahaya kesehatan yang serius bagi anak-anak, termasuk di antaranya adalah resiko kelelahan pada mata, obesitas, isolasi sosial, dan untuk jangka panjang hal tersebut dapat berakibat pula pada terjadinya gangguan pada tingkat emosional dan intelektual. Hal tersebut sudah pasti akan menjadi salah satu bentuk gangguan tersendiri pada anak-anak yang mana pada saat bersamaan mereka justru sedang berada pada tahap perkembangan menuju dewasa. Yang intinya adalah proses pertumbuhan anak-anak menuju tahap dewasa tidak dapat lebih baik hanya dengan menatap layar komputer ketimbang mereka melaluinya dengan proses yang normal. Kebutuhan mereka untuk berinteraksi pada lingkungan sudah tentu menjadi suatu hal yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Dasar-Dasar Teknologi Pendidikan
Teknologi
berasal dari kata Technie dan Logos. Technie yang dalam bahasa Yunani berarti
keahlian atau seni, dan Logos yang artinya ilmu. Dikaitkan dengan arti kata
Pendidikan maka Teknologi Pendidikan dapat didefinisikan sebagai fasilitas yang
akan membantu berlangsungnya proses pendidikan agar pencapaiannya menjadi lebih
terarah pada tujuan dari pendidikan itu sendiri dimana di dalam prosesnya itu
pula sangat ditentukan oleh bagaimana keahlian dari para tenaga pendidik, baik
itu guru, tutor, sampai dengan peran kepala sekolah dalam hal memobilisasi
segenap komponen yang terlibat di dalamnya.
Teknologi
Pendidikan dalam arti sempit bisa merupakan media pendidikan, yaitu hasil dari teknologi
yang difungsikan sebagai alat bantu dalam pendidikan agar berhasil guna,
efisien dan efektif. Sedang dalam arti luas menurut Association for
Educational Communication and technology (AECT), teknologi pendidikan merupakan
proses yang kompleks dan terpadu yang mana di dalamnya melibatkan banyak orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem
solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang
menyangkut semua aspek belajar manusia. Dari definisi tersebut minimal ada dua hal
yang penting digaris bawahi, yaitu: proses dan belajar manusia.
Sementara
dalam konteks yang lebih umum, teknologi merupakan pengembangan, penerapan,
penilaian sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas belajar manusia. Dan semua itu dapat terwujud dengan adanya
komunikasi.
Peran
Teknologi Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi
adalah proses untuk menyebarkan segala informasi, baik itu berupa berita, hanya
sekedar pesan, hal-hal yang bersifat pengetahuan, dimana di dalam prosesnya itu
pula kemudian melahirkan interaksi-interaksi yang berkesinambungan antara orang
atau pihak yang “menyampaikan” dengan orang atau pihak yang “menerima”.
Komunikasi dapat diartikan sebagai penerapan praktis sebagai sesuatu yang sudah diolah dan siap dipakai oleh para pelaksana dan penerima, namun tentu saja tetap pada tingkatan dan tanggung jawab yang berbeda. Misal komputer, TV atau radio.
Komunikasi juga harus bersifat efisien dan efektif yang mana artinya, di dalam pengaplikasian prinsip dan penemuan tidak semata-mata hanya merupakan komponen tambahan melainkan juga harus mempunyai peranan khusus dan menentukan terhadap terjadinya perubahan peranan pada komponen-komponen yang lain.
Komunikasi juga memegang peranan sangat penting di dalam pendidikan. Dimana di dalam prosesnya, baik yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, komunikasi akan sangat memainkan peran vital terhadap berlangsungnya proses kurikulum, perencanaan pengajaran dan interaksi dalam belajar agar proses penerimaan dan penyampaian antara guru dan murid agar dapat berlangsung sesuai tujuan. Komunikasi yang demikian dapat dilihat dalam model komunikasi yang dikemukakan Berlo. Teori komunikasi yang dikemukakan oleh Berlo tidak merupakan teori yang linear bahkan menunjukkan adanya dinamika dalam hubungan di antara unsur-unsurnya yaitu memasukkan orang dan segala bentuk pesan, baik itu berbentuk lambang, verbal, taktil, ataupun dalam bentuk wujud nyata yang mana kesemuanya merupakan bagian dari keseluruhan proses komunikasi layaknya sebuah sistem.
Komunikasi di dalam pendidikan juga dapat berfungsi sebagai informasi, persuatif, rekreatif, dan educatif. Suatu komunikasi berfungsi educatif jika merupakan usaha sadar yang disiapkan secara terencana, terkendali dan terevaluasi oleh orang dewasa dalam membantu mengubah perilaku individu demi menuju tercapainya kematangan, kemandirian dan kedewasaan komunikan.