BUTUH GURU LES PRIVAT UNTUK ANAK ANDA?
SILAHKAN KLIK LES PRIVAT
Indonesia merupakan negera terbesar di asia tenggara dalam penggunaan jejaring sosial seperti facebook, tweeter, dll. Indonesia dan semua negara sudah sangat ketergantungan dengan jejaring sosial ini. jejaring sosial dapat memberikan dampak positif maupun negatif, semua itu tergantung penggunaanya. akan tetapi, dalam fenomena yang sering terjadi, lebih banyak dampak negatifnya daripada dampak positifnya. misalnya terjadi kasus penculikan, perampokan, penipuan dan kejahatan kriminal lainnya. terutama kejahatan seksual.
melihat kenyataan ini, andri (psikolog anak) berpendapat bahwa perlu sekali adanya penyesuaian oleh masyarakat utk menghadapi kejahatan online. menurutnya, orang tua merupakan faktor kunci dalam mencegah terjadinya kejahan online.
di china, para orang tua membatasi akses anak terhadap internet. umumnya mereka memblokir media sosial agar anak dapat terlindung dari kejahatan online.
Orangtua, lanjutnya, seringkali menjadi faktor utama penyebab
perilaku anak di dunia maya tidak terbendung. Bukan hanya karena gagap
teknologi sehingga membiarkan anak mengakses situs jejaring sosial
sedemikian mudah dan sering, tetapi juga karena gengsi. Banyak orangtua
yang gengsi jika anaknya yang belum cukup umur tidak mengakses dunia
pertemanan yang sangat luas itu.
"Kesalahan orangtua adalah
memberi kebebasan tapi tidak ikut di dalamnya. Anak-anak jadi gaul boleh
saja, tapi kita sebagai orangtua harus cerdas menuntun dan masuk dalam
dunia mereka," tambah Andri lagi.
Menjadi bagian dalam akun
Facebook anak sangat dianjurkan oleh Andri. Pasalnya, kontrol seperti
itu justru akan memudahkan orangtua untuk ikut memantau pertemanan
anaknya.
"Untuk anak di bawah umur, harus ada kesepahaman antara
anak dan orangtua, bahwa akun yang dibuka itu harusnya dibagi. Posisi
ini, membuat orangtua bukan hanya ikut jadi teman atau follower anak,
tetapi memang akunnya dimiliki bersama agar terpantau. Lagi pula,
aturan mainnya memang anak di bawah umur belum boleh mengakses media
tersebut," jelasnya.
Mengamati akses internet anak juga sebaiknya
orangtua menempatkan posisi yang dekat dengan anak. Ketersediaan
komputer berinternet misalnya tidak lagi berada di kamar anak, tapi di
ruang keluarga atau ruang komputer bersama.
"Akan lebih bijak
lagi kalau ada disiplin waktu atau pembatasan jam mengakses facebook.
Misal, waktu penggunaan Facebook per hari hanya1-2 jam saja, itu pun
sudah banyak," katanya lagi.
Mengalihkan anak dan diri sendiri
terhadap Facebook juga dapat dilakukan dengan cara lainnya, yaitu rutin
berekreasi bersama keluarga.
"Rekreasi itu sudah harus sering
dilakukan keluarga di rumah, mereka bisa dialihkan dengan kasih sayang
keluarga dari kegiatan tersebut, disana ada mengobrol, berbagi dan
interaksi yang banyak," ucapnya.
Andri menilai, perhatian dan pengertian orangtua dapat mencegah aksi kejahatan yang banyak terjadi di dunia online.
Untuk itu, ia menyarankan kepada orangtua agar menjadi teman yang tidak
menjenuhkan, bisa beradaptasi dengan anak, dan menjadi teman yang
nyata.
"Anak-anak itu masih labil, mudah terpengaruh. Karena pada
dasarnya manusia punya sifat ingin bersosial dan berteman.
Ketergantungan terhadap Facebook itu sangat bisa mengobati anak-anak
kita yang galau dan butuh teman dengan cepat, posisi ini yang seharusnya
diambil orangtua. ketika bala bantuan yang datang adalah dari facebook.
Maka akan bahaya," katanya