BUTUH GURU KE RUMAH UNTUK ANAK ANDA?
Definisi karakter menurut Pusat Bahasa Kemendikbud adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Definisi ini mengacu pada
sikap dan ketrampilan seseorang yang mana pada pengaplikasiannya nanti akan menjadi semacam ‘penanda’ yang kemudian di-identik-kan pada diri seseorang berdasarkan apa yang dilakukannya. Sebagai contoh saja misalnya, seseorang yang suka mencuri, pemarah, pemabuk, maka orang lain akan diidentikan sebagai orang yang berkarakter buruk. Begitu pula sebaliknya.
Berbicara tentang karakter dalam kaitannya
dengan dunia pendidikan adalah dengan melihat bagaimana sikap seorang siswa
setelah menempuh pendidikan. Sebelumnya kita juga harus melihat terlebih dulu
bahwa selama ini sistem pendidikan di Indonesia umunya masih diorientasikan
pada pencapaian angka, angka hasil ujian, test-test, dan sebagainya. Fokus
pembelajaran di sekolah pun cenderung lebih ditekankan hanya pada apa yang
terdapat di dalam kurikulum saja. Padahal ukuran keberhasilan seorang siswa sudah
seharusnya mencakup hal yang lebih luas lagi, dan tidak hanya terpaku pada
pencapaian angka-angka saja. Pendidikan di sekolah pun sudah seharusnya memiliki
relevansi terhadap kehidupan sehari-hari siswa tersebut, baik di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Berangkat dari sinilah kita seharusnya
menyadari perlunya pembentukan karakter siswa agar nilai-nilai pelajaran yang
mereka dapat di sekolah juga harus sejalan dengan pengaplikasian karakter
mereka di tengah masyarakat. Satu contoh kecil saja misalnya, ada seorang siswa
yang secara akademik terkenal sangat pintar di sekolah, namun ketika siswa
tersebut berada di tengah-tengah masyarakat, justru opini yang melekat pada
diri siswa tersebut ternyata sangat bertolak belakang. Misalnya, ia dikenal
suka mencuri, suka mengganggu temannya, dan lain sebagainya. Tentu ini adalah sebuah
ironi.
Pendidikan karakter itu sendiri pada dasarnya
adalah pendidikan yang diorientasikan pada penanaman nilai-nilai etika pada
diri seseorang yang kemudian diapresiasikan dalam wujud perkembangan nilai positif
pada diri individu-individu di dalamnya.
Langkah yang paling sederhana untuk
mengajarkan nilai-nilai etika adalah dengan terlebih dulu menanamkan pemahaman kepada
para siswa tentang apa yang benar dan apa yang salah, tentang apa yang baik
dilakukan dan apa yang tidak baik untuk dilakukan, dan lalu untuk selanjutnya
biasakanlah para siswa tersebut untuk mulai mengerjakan apa-apa saja yang dianggap
benar dan baik, serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik. It’s a
simple.
Pada prinsipnya, pembentukan karakter
seorang siswa memiliki kecenderungan kuat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku
orang-orang di sekitar, dan terpenting adalah perilaku dari orang-orang yang dijadikan
panutan oleh para siswa tersebut. Dalam hal ini guru misalnya. Di sini peran penting para guru adalah
memberi contoh yang baik, baik dalam bersikap, berkata-kata, maupun baik dalam
berperilaku pada saat menyikapi sesuatu, karena berawal dari sini lah para
siswa tentu akan meneladaninya, dan secara otomatis pula akan memberi pengaruh pada
pembentukan karakter siswa tersebut.