Minggu

MITOS-MITOS SEPUTAR HOMESCHOOLING

BUTUH GURU LES PRIVAT UNTUK ANAK ANDA?



Seperti kita ketahui, Homeschooling adalah salah satu metode pendidikan dimana proses pelaksanaannya dilakukan di rumah ataupun untuk satu kondisi-kondisi tertentu dilakukan di tempat lain yang disepakati antara tenaga pengajar dan siswa belajar selain di rumah. Namun tetap pada kondisi berbeda dengan pola belajar sebagaimana yang diberlakukan di sekolah reguler, misalnya dalam hal fkleksibilitas waktu pelaksanaan belajar-mengajar.

Dengan semacam “eklusivitas” yang lebih jika dibandingkan dengan metode belajar pada umumnya sudah barang tentu hal ini menuntut pula konsekwensi yang lebih besar dibanding jika mengikuti sistem pendidikan di sekolah reguler, dalam hal biaya misalnya. Bagi kalangan tertentu yang juga dihadapkan pada kondisi-kondisi tertentu sehingga tidak dapat memungkinkannya untuk mengikuti sistem persekolahan regular namun tidak bermasalah dalam hal financial mungkin ini bukanlah suatu hal yang memberatkan. Bahkan Homeschooling bisa dipandang sebagai alternative terbaik.
Namun lebih daripada itu, topik pembahasan Homeschooling ternyata tidak hanya terbatas pada masalah beban biaya yang lebih besar, namun juga menyangkut banyaknya mitos-mitos tertentu yang secara kacamata awam mungkin itu adalah sebagai sesuatu yang lebih merugikan dibanding jika mengikuti pendidikan regular di sekolah-sekolah pada umumnya.

Adapun mitos-mitos yang kerap disematkan kepada metode pendidikan Homeschooling di antaranya adalah:
1.               Homeschooling Membatasi Sosialisasi Dan Menjadikan Siswa Kurang Pergaulan
2.              Masa Depan Pendidikan Siswa Homeschooling Tidak Jelas
3.               Homeschooling Minim Kegiatan Ekstrakurikuler

Dan diuraian berikut saya akan memberikan sedikit pemahaman terkait dengan apa yang sebenarnya terjadi untuk menjawab mitos-mitos tersebut di atas.

1. Homeschooling Membatasi Sosialisasi Dan Menjadikan Siswa Kurang Pergaulan
Sebagai informasi, kegiatan Homeschooling meskipun jika diartikan secara terminology berasal dari kata Home dan Schooling yang artinya Rumah dan Sekolah atau Sekolah Rumah, namun pada kenyataannya kegiatan Homeschooling justru kerap dilakukan tidak hanya di dalam rumah, dalam artian hal tersebut di-konteks-kan sebagai bagian dari studi lapangan terkait materi ataupun tema pelajaran yang sedang dipelajari. Sebagai contoh misalnya, ketika siswa sedang belajar tentang sejarah, maka guru dapat mengajak siswa Homeschooling-nya untuk langsung mengunjungi museum sejarah ataupun lokasi-lokasi lainnya yang berkaitan dengan sejarah.

Sementara untuk urusan pergaulan atau sosialisasi, guru dapat mengatur cara untuk menggabungkan siswa homeschoolingnya dengan siswa-siswa Homeschooling lainnya untuk bersama-sama melakukan studi lapangan dan/atau mungkin melakukan rekreasi bersama namun tetap dalam konteks belajar atau studi tour.

Memang agak merepotkan dan tentu membutuhkan biaya tambahan namun  dari banyak hasil penelitian berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi para siswa peserta Homeschooling telah menunjukkan bahwa mereka pun terbukti memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik dan bahkan kerap lebih baik jika dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka di sekolah formal, termasuk berkaitan dalam hal perilaku mereka di banding siswa dari sekolah formal.

2. Masa Depan Pendidikan Siswa Homeschooling Tidak Jelas
Untuk saat ini sejalan dengan gerakan memajukan Indonesia dalam pendidikan, pemerintah pun semakin menunjukkan dukungannya terhadap berbagai bentuk kegiatan pendidikan. Tidak hanya terbatas pada sekolah-sekolah formal saja, melainkan juga terhadap sekolah-sekolah alternative, sebagai contoh misalnya sekolah alam dan homeschooling.
Terkait dengan masa depan pendidikan Homeschooling, pemerintah pun telah membukakan pintu bagi para siswanya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, yaitu dengan cara mengikuti terlebih dulu ujian persamaan Paket C.
Bahkan tidak hanya sebatas untuk masuk perguruan tinggi saja, sebab siswa homeschooling yang menginginkan melanjutkan pendidikan di sekolah formal sebelum masuk perguruan tinggi pun diperbolehkan untuk masuk ke sekolah menengah formal di tingkat mana pun mereka mau. Baik itu SMP, SMA, MA, atau SMK. Model ini dinamakan multiple entries and multiple exits. Tentu ada prosedur-prosedur yang harus dilewati.

1.               Homeschooling Minim Kegiatan Ekstrakurikuler
Metode pendidikan di dalam Homeschooling memiliki konsentrasi yang tinggi di dalam penyampaian pelajarannya. Artinya, efisiensi waktu dapat diatur sedemikian rupa hingga siswa dapat terfokus pada mata pelajaran yang sedang diberikan, dibawah pengawasan satu orang guru yang juga fokus dalam menyampaikan materi pembelajaran. Lain halnya dengan apa yang terjadi di dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah regular, dimana untuk satu kelas umumnya terdiri antara 40-50 siswa dengan satu guru pengajar. Jadi bisa dibayangkan sendiri seperti apa perbandingannya.

Di luar jam belajar maka siswa Homeschooling akan memiliki sisa waktu yang cukup banyak untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain semacam ekstrakurikuler seperti yang diadakan di sekolah-sekolah formal. Mereka dapat mengikuti les musik, olahraga beladiri, basket atau kegiatan apapun yang mereka sukai.

Di atas merupakan tiga mitos di antara banyaknya mitos-mitos lain yang beredar di tengah-tengah masyarakat ataupun mungkin tertanam di benak kita bersumber dari opini-opini yang beredar. Namun sebenarnya hanya diperlukan sedikit tambahan pemahaman tentang bagaimana kondisi yang sebenarnya terkait tentang Homeschooling itu agar kita juga mengetahui bahwa mitos-mitos tersebut tidak sepenuhnya benar.

Namun demikian, terlepas dari masalah mitos atau apapun yang terkait di dalamnya, baik itu kekurangan ataupun kelebihannya, Homeschooling tetap diposisikan sebagai salah satu alternatif pendidikan yang tetap pada tujuannya demi untuk memajukan pendidikan bangsa.  Pilihan tetap kembali kepada kita untuk memutuskan mana yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.