Minggu

PEMAHAMAN KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN

BUTUH GURU PRIVAT UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS?



Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam pengaplikasian pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus dibutuhkan bermacam modifikasi dan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan karakteristik kelainan yang disandang tiap-tiap anak tersebut. Hal ini menjadi hal paling mendasar agar proses penyampaian pendidikan dapat tepat sasaran.

Pemahaman tentang karakteristik dan jenis kebutuhannya akan berperan penting dalam sukses atau gagalnya proses penyampaian pendidikan bagi anak-anak yang tergolong berkebutuhan khusus tersebut, karena sebagus apapun konsep pendidikannya, tanpa adanya pemahaman tentang karakter anak tersebut maka akan menjadi sia-sia.

Berikut adalah penguraian karakteristik yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus berdasarkan jenis klasifikasinya masing-masing:

TUNA NETRA
Adalah individu yang memiliki gangguan dalam hal penglihatan dengan akurasi penglihatan kurang dari 6/60, yang kemudian berdasarkan tingkatannya terklasifikasi ke dalam dua kelompok yaitu: Buta total dan Low vision (masih dapat melihat namun dengan penglihatan sangat minim).
Dengan keterbatasan yang dimilikinya tersebut maka proses pembelajaran dapat dimodifikasi dengan cara dialihkan melalui alat indera lain yang masih berfungsi dengan baik, misalnya indra peraba (sentuhan kulit tangan) atau indra pendengaran (telinga), dan di dalam prakteknya nanti dilakukan dengan memanfaatkan bantuan media tambahan misalnya tulisan Braille, radio, gambar timbul, contoh model atapun benda-benda yang bersifat nyata.

Begitu pula dalam membantu penyandang Tuna Netra agar tetap dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari meskipun setelah berada di luar jam sekolah, Sekolah Luar Biasa membekali mereka dengan pelajaran orientasi dan mobilitas yang isinya berupa bimbingan pelajaran kepada mereka tentang bagaimana mengetahui tempat, arah serta tentang bagaimana memanfaatkan tongkat.

Adapun ciri-ciri anak yang teridentifikasi masuk ke dalam kelompok Tuna Netra antara lain adalah: Tidak mampu melihat, tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, kerusakan nyata (fisikly) pada kedua bola mata terutama pada bagian yang berwarna hitam (berwarna keruh/besisik/kering), sering tersandung ketika berjalan, mengalami kesulitan ketika hendak mengambil benda kecil meskipun ada di dekatnya.

TUNA DAKSA
Adalah individu yang memiliki kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang diakibatkan oleh kecelakaan, sakit ataupun karena bawaan semenjak lahir. Dengan adanya kelainan tersebut menyebabkan penyandang Tuna Daksa mengalami kesulitan dalam bergerak, bahkan sampai pada tingkat mengalami kelumpuhan, baik itu berupa kelumpuhan permanen maupun yang sifatnya temporer. Untuk menyandang Tuna Daksa ini salah satu upaya penyembuhannya adalah dengan mengikuti terapi, sehingga dalam proses pendidikannya pun sebaiknya agar lebih banyak dititikberatkan atau ditekankan pada hal-hal atau kegiatan ada hubungannya dengan terapi atau fisio therapy.

Adapun ciri-ciri anak yang dapat dikelompokkan sebagai penyandang Tuna Daksa antara lain adalah: mengalami kelainan pada bentuk anggota tubuh tubuhnya ataupun pada gerakan tubuhnya (contoh: penderita folio), gerakan anggota tubuhnya terlihat kaku dan lemah, gerakannya tidak sempurna, tidak lentur dan tidak terkendali, pada bagian-bagian tubuh tertentu terlihat tidak lengkap, tidak sempurna atau lebih kecil dari biasa, jari tangan terlihat kaku dan tidak dapat menggenggam, mengalami kesulitan pada saat berdiri, berjalan atau bahkan pada saat duduk sehingga memperlihatkan sikap tubuh tidak normal. Selain itu penyandang Tuna Daksa juga kerap kali memperlihatkan sikap yang tidak tenang (terdapat kecenderungan hiperaktif)

TUNA GANDA
Adalah mereka yang perkembangan neurologist-nya terhambat disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam hal kemampuan seperti: intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di dalam masyarakat.
Untuk kategori ini, penyandang-nya membutuhkan layanan pendidikan khusus yang berbeda pada setiap kombinasiannya, misalnya, seorang anak mengalami Tuna Ganda berupa hasil kombinasi antara kesulitan bergerak dan kesulitan dalam bersosialisasi, maka tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi harus mencakup kedua hal tadi. 
LEARNING DISABILITIES (Kesulitan Belajar)
Kelompok ini terklasifikasi sebagai kelompok anak yang mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi, disfungsi minimal otak, dyslexia dan brain injury, yang dengan terdapatnya gangguan-gangguan tersebut maka secara otomatis sudah pasti akan berpengaruh pula pada kemampuan anak tersebut dalam memahami pembicaraan, kesulitan membaca, dan menulis.

Adapun ciri-ciri anak yang tergolong Learning Disabilities adalah: sering salah ketika membaca kalimat, apabila diminta menyalin tulisan maka ia akan mengerjakannya dengan waktu yang lama/lambat, jika menulis huruf suka terbalik atau tertukar, misalnya menulis huruf “b” dengan “p”, atau “v” dengan “u”, angka “9” dengan ”6” dan sebagainya, barisan tulisannya tidak lurus apabila diminta menulis di atas kertas tidak bergaris, dan tidak mampu membedakan tanda-tanda berhitung seperti: +, -, x, :, >, <, =

Dalam menyikapi karakter anak yang masuk ke dalam kategori ini perlu dipahami beberapa aspek-aspek penting yang di antaranya adalah:
1.        Pahami pentingnya membangun kemandirian mereka.
2.       Penting bagi mereka untuk merasa dapat diterima dan dipahami oleh lingkungan sekitarnya. Disini diperlukan fleksibilitas dari lingkungan tempat mereka berada, karena dengan adanya fleksibilitas tersebut maka akan membantu dan memudahkan mereka dalam beradaptasi.
3.       Diperlukan terciptanya stigma positif dari lingkungan tempat mereka berada. Dengan demikian dibutuhkan peran dan tindakan konkret dari pemerintah di dalam mengubah atau bahkan menghapus stigma negatif yang mungkin sudah terlanjur melekat pada diri penyandang Learning Disabilities.

AUTIST
Autism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada jaringan otak, yang salah satu akibatnya adalah terjadinya ketidakmampuan berbahasa yang kemudian akan berujung pada kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.

Adapun gejala-gejala anak penyandang autis antara lain dapat dilihat dari:
a.       Secara fisikly: mukanya kerap terlihat pucat, pancaran matanya sayu dan muram.
b.      Secara sikap: senang tidur bermalas-malasan, menyendiri, pendiam, kalau bicara nadanya monoton, hampir tidak pernah bertanya dan hampir tidak pernah menunjukkan rasa takut
c.       Menunjukkan sikap antipati terhadap lingkungan sekelilingnya dan cenderung terkesan asyik hanya dengan dunianya sendiri.

Secara umum anak Autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan fungsi saraf dan intelektual, Hal tersebut dapat dengan mudah dilihat dari perillakunya yang terkesan ganjil serta tidak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

HIPERAKTIF
Hiperaktif adalah suatu gejala atau symptoms yang terjadi sebagai akibat adanya faktor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or mental retardaction. Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut anak Hiperaktif dengan istilah attention deficit disorder (ADHD). Kecenderungan yang terjadi terhadap anak yang memiliki sifat Hiperaktif adalah hampir tidak pernah bisa diam, bahkan tidak jarang ia akan melakukan hal-hal yang sifatnya spontanitas tanpa berfikir lebih dulu. Namun demikian terlepas dari perilakunya tersebut, tidak jarang kelompok anak-anak Hiperaktif ini memiliki tingkat kecerdasan yang mengagumkan.

Untuk menghadapi tipikal anak seperti ini, salah satu cara yang paling tepat adalah dengan menerapkan disiplin yang tinggi namun coba hindari sikap yang terkesan otoriter atau berlebihan, karena yang terpenting dalam menghadapi perilaku anak yang hiperaktif adalah dengan memberikannya kesabaran yang tinggi, gunakan tindakan-tindakan persuasif dan juga bujukan halus disertai dengan penjelasan-penjelasan yang dapat diterima akalnya, disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologisnya.

TUNA RUNGU
Kategori penyandang Tuna Rungu terbagi dalam 3 jenis yaitu: Conductive loss, Sensorineural loss dan Central auditory processing disorder.

Conductive loss, yaitu terjadinya gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat masuknya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.

Sensorineural loss, yaitu terjadinya kerusakan pada bagian dalam telinga atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.

Central auditory processing disorder, yaitu terjadinya gangguan pada sistem syaraf pusat proses auditer yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat pem-proses-an auditer ini mungkin memiliki pendengaran yang normal jika diukur dengan menggunakan audiometer, namun mereka sering mengalami kesulitan dalam memahami apa yang didengarnya.

Dikarenakan oleh adanya hambatan dalam pendengaran, upaya yang ditempuh demi menjalin komunikasi dengan penyandang Tuna Rungu dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat. Bisa menggunakan isyarat jari tangan (abjad jari) atau dengan bahasa raut wajah dan gerak bibir. Selama ini yang kerap dilakukan adalah dengan kombinasi ketiganya.

Untuk penggunaan bahasa isyarat yang menggunakan abjad jari telah dipatenkan secara internasional, namun untuk penggunaan isyarat bahasa sampai saat ini masih berbeda-beda di tiap negara, hal itu disebabkan oleh adanya perbedaan bahasa di setiap negara.

Dan dikarenakan pula bahwa setiap penyandang Tuna Rungu memiliki kesulitan dalam memahami sesuatu yang bersifat abstrak, maka beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) pada saat ini sedang berupaya mengembangkan cara berkomunikasi dengan mengkombinasikan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.


INDIGO
Penyandang Indigo memang kerap kali dianggap aneh di mata masyarakat dikarenakan perilakunya yang tidak biasa dari perilaku umum. Istilah yang pertama kali dipopulerkan oleh Nancy Ann Tape pada tahun 1980an ini umumnya memiliki intelegensia tinggi terlihat dari rata-rata IQ-nya yang di atas 130. Namun dibalik kelebihannya tersebut, kecenderungan anak-anak Indigo adalah suka menyendiri dan sulit bersosialisasi, selain itu mereka juga cenderung bersifat sangat tertutup (Introvert), sensitif, tidak memiliki kpribadian tetap, dan seringkali tidak dapat mengendalikan emosi.

Satu hal yang paling melekat pada diri anak Indigo adalah mereka memiliki kemampuan spriritual yang sangat tinggi, bahkan berkat kemampuan spiritualnya tersebut, mereka kerap kali mampu melihat masa depan dan masa lalu, satu fenomena yang sangat jarang ditemui pada diri orang biasa, namun demikianlah kenyataannya. Terlebih lagi hal-hal tersebut seringkali pada akhirnya didukung oleh bukti-bukti nyata, sebagai contoh misalnya, seorang anak Indigo mengatakan sesuatu akan terjadi, dan ternyata apa yang dikatakan oleh anak Indigo tersebut memang benar-benar menjadi kenyataan.

Meskipun sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan yang benar-benar memahami fenomena Indigo, namun pada dasarnya karakter Indigo bukanlah sebuah gejala penyakit, namun tetap dibutuhkan pembinaan khusus untuk mengembalikan kehidupan normalnya. Di sini dibutuhkan peran besar terutama dari pihak orang tua, terutama dalam hal mencukupi kebutuhan kasih sayang dan perhatian yang tulus terhadap anak-anak Indigo tersebut.