Senin

ISU-ISU TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN

BUTUH GURU LES PRIVAT UNTUK ANAK ANDA?
JIKA ANDA MENCARI GURU PRIVAT, SILAHKAN KLIK LES PRIVAT




Teknologi dalam pendidikan itu sendiri didefinisikan sebagai suatu cara yang sistematis dalam hal merancang, menerapkan, dan mengevaluasi seluruh proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang spesifik, berdasarkan penelitian terhadap pembelajaran dan komunikasi antar manusia, serta mendayagunakan kombinasi sumber daya manusia dan non-manusia untuk lebih mengefektifkannya.

Di dalam penelitian dan aplikasi terhadap ilmu perilaku dan teori pembelajaran, serta penggunaan pendekatan sistem untuk menganalisis, mendesain, mengembangkan, menerapkan, mengevaluasi, dan mengatur penggunaan teknologi guna membantu menyelesaikan masalah pembelajaran. Dalam hal ini istilah teknologi instruksional seringkali bertukar tempat dengan istilah teknologi pendidikan, namun teknologi instruksional lebih menekankan pada pendekatan ilmiah dan sistematis terhadap penyelesaian masalah instruksional, dan teknologi pendidikan fokus kepada penggunaan dan pendayagunaan seni dan teknologi untuk mendukung pembelajaran.

Di dalam kajian dan praktiknya guna membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja ditempuh dengan cara membuat, menggunakan, dan mengelola proses serta sumber teknologi yang memadai. Maka dari itu kerap kali istilah teknologi pendidikan pun sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Namun apabila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, maka teknologi pendidikan itu mencakup sistem-sistem lain yang kerap lebih digunakan sebagai bagian dalam proses mengembangkan kemampuan manusianya.

Di dalam dunia pendidikan retorika mengenai pentingnya teknologi pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar muncul hampir setiap hari. Hal demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah sebuah industri yang paling besar di dunia, karena di dalam prosesnya, pendidikan itu sendiri melingkupi berbagai aktivitas-aktivitas pendistribusian produk-produk dan jasa teknologi. Di sinilah kemudian akan banyak melibatkan para ilmuwan serta pakar teknologi untuk dapat melihat serta melakukan pertimbangan-pertimbangan di lapangan terkait siap atau tidaknya situasi dan kondisi di lapangan untuk menerima serta memanfaatkan teknologi beserta akses yang akan diberikan. Selain itu, menjadi tugas para ilmuwan pula untuk memprediksi apa saja dampak yang akan dihasilkan oleh teknologi tersebut setelah diterapkan di lapangan. Sebagai contoh misalnya, ketika diumumkan bahwa ada sebuah teknologi tertentu yang dapat dijadikan sebagai salah satu solusi di dalam proses pendidikan, namun ternyata kondisi di lapangan justru masih dihadapkan pada permasalahan yang sebenarnya jauh lebih sederhana ketimbang kebutuhan akan teknologi tersebut, misalnya fasilitas gedung sekolah yang ternyata belum memadai atau mungkin masih adanya permasalahan genting bocor yang mana ketika hujan turun akan terasa sangat mengganggu proses belajar mengajar. Lalu dengan kondisi di lapangan yang demikian akan seberapa jauhkah dampak positif yang didapatkan dari teknologi baru yang diumumkan tadi, padahal permasalahan sesederhana genting bocor saja belum terselesaikan.

Di dalam sebuah editorial tentang “Educational Technology” disebutkan masih terdapat banyaknya keraguan-keraguan akan seberapa jauhkah manfaat dari masuknya teknologi-teknologi baru di dalam upaya membantu proses pendidikan, di antaranya disebutkan: "Those who place their faith in technology to solve the problems of education should look more deeply into the needs of children. The renewal of education requires personal attention to students from good teachers and active parents, strongly supported by their communities. It requires commitment to developmentally appropriate education and attention to the full range of children's real low-tech needs - physical, emotional, and social, as well as cognitive."

Di dalam editorial tersebut dikatakan bahwa bagi mereka yang hendak menerapkan teknologi pendidikan sebaiknya harus lebih dulu mengedepankan kebutuhan anak-anak karena di dalam prakteknya, kebutuhan siswa justru lebih kepada bentuk perhatian yang sifatnya personal atau lebih pribadi dari para guru maupun dari para orang tua. Jelas disini bahwa kebutuhan untuk memajukan pendidikan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari peran dan sikap aktif para guru dan orang tua ketimbang terlalu mengandalkan teknologi semata.

Pada bagian lain, dalam sebuah editorial Fool’s Gold diingatkan bahwa hal yang tidak kalah untuk dijadikan perhatian adalah tentang bahaya yang terdapat dibalik kecanggihan teknologi komputer dewasa ini yang memang harus diakui sudah sedemikian mendominasi aktivitas berbagai aspek kehidupan. Di dalam editorial tersebut dikatakan, "Computers pose serious health hazards to children. The risks include repetitive stress injuries, eyestrain, obesity, social isolation, and, for some, long-term physical, emotional, or intellectual developmental damage. Our children, the Surgeon General warns, are the most sedentary generation ever. Will they thrive spending even more time staring at screens?"

Dalam penjelasannya, Fold Gold mengungkapkan bahwa komputer dapat menimbulkan bahaya kesehatan yang serius bagi anak-anak, termasuk di antaranya adalah resiko kelelahan pada mata, obesitas, isolasi sosial, dan untuk jangka panjang hal tersebut dapat berakibat pula pada terjadinya gangguan pada tingkat emosional dan intelektual. Hal tersebut sudah pasti akan menjadi salah satu bentuk gangguan tersendiri pada anak-anak yang mana pada saat bersamaan mereka justru sedang berada pada tahap perkembangan menuju dewasa. Yang intinya adalah proses pertumbuhan anak-anak menuju tahap dewasa tidak dapat lebih baik hanya dengan menatap layar komputer ketimbang mereka melaluinya dengan proses yang normal. Kebutuhan mereka untuk berinteraksi pada lingkungan sudah tentu menjadi suatu hal yang tidak boleh diabaikan begitu saja.

Dasar-Dasar Teknologi Pendidikan

Teknologi berasal dari kata Technie dan Logos. Technie yang dalam bahasa Yunani berarti keahlian atau seni, dan Logos yang artinya ilmu. Dikaitkan dengan arti kata Pendidikan maka Teknologi Pendidikan dapat didefinisikan sebagai fasilitas yang akan membantu berlangsungnya proses pendidikan agar pencapaiannya menjadi lebih terarah pada tujuan dari pendidikan itu sendiri dimana di dalam prosesnya itu pula sangat ditentukan oleh bagaimana keahlian dari para tenaga pendidik, baik itu guru, tutor, sampai dengan peran kepala sekolah dalam hal memobilisasi segenap komponen yang terlibat di dalamnya.
Teknologi Pendidikan dalam arti sempit bisa merupakan media pendidikan, yaitu hasil dari teknologi yang difungsikan sebagai alat bantu dalam pendidikan agar berhasil guna, efisien dan efektif. Sedang dalam arti luas menurut Association for Educational Communication and technology (AECT), teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang mana di dalamnya melibatkan banyak orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dari definisi tersebut minimal ada dua hal yang penting digaris bawahi, yaitu: proses dan belajar manusia.      
Sementara dalam konteks yang lebih umum, teknologi merupakan pengembangan, penerapan, penilaian sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dan semua itu dapat terwujud dengan adanya komunikasi.

Peran Teknologi Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi adalah proses untuk menyebarkan segala informasi, baik itu berupa berita, hanya sekedar pesan, hal-hal yang bersifat pengetahuan, dimana di dalam prosesnya itu pula kemudian melahirkan interaksi-interaksi yang berkesinambungan antara orang atau pihak yang “menyampaikan” dengan orang atau pihak yang “menerima”.

Komunikasi dapat diartikan sebagai penerapan praktis sebagai sesuatu yang sudah diolah dan siap dipakai oleh para pelaksana dan penerima, namun tentu saja tetap pada tingkatan dan tanggung jawab yang berbeda. Misal komputer, TV atau radio.

Komunikasi juga harus bersifat efisien dan efektif yang mana artinya, di dalam pengaplikasian prinsip dan penemuan tidak semata-mata hanya merupakan komponen tambahan melainkan juga harus mempunyai peranan khusus dan menentukan terhadap terjadinya perubahan peranan pada komponen-komponen yang lain.

Komunikasi juga memegang peranan sangat penting di dalam pendidikan. Dimana di dalam prosesnya, baik yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, komunikasi akan sangat memainkan peran vital terhadap berlangsungnya proses kurikulum, perencanaan pengajaran dan interaksi dalam belajar agar proses penerimaan dan penyampaian antara guru dan murid agar dapat berlangsung sesuai tujuan. Komunikasi yang demikian dapat dilihat dalam model komunikasi yang dikemukakan Berlo. Teori komunikasi yang dikemukakan oleh Berlo tidak merupakan teori yang linear bahkan menunjukkan adanya dinamika dalam hubungan di antara unsur-unsurnya yaitu memasukkan orang dan segala bentuk pesan, baik itu berbentuk lambang, verbal, taktil, ataupun dalam bentuk wujud nyata yang mana kesemuanya merupakan bagian dari keseluruhan proses komunikasi layaknya sebuah sistem.

Komunikasi di dalam pendidikan juga dapat berfungsi sebagai informasi, persuatif, rekreatif, dan educatif. Suatu komunikasi berfungsi educatif jika merupakan usaha sadar yang disiapkan secara terencana, terkendali dan terevaluasi oleh orang dewasa dalam membantu mengubah perilaku individu demi menuju tercapainya kematangan, kemandirian dan kedewasaan komunikan.